JikaAnda membaca informasi mengenai manfaat buah naga, memang telah disebutkan bahwa buah ini dapat menunjang kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, belum jelaskan secara gamblang apakah buah naga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Buah naga memang memiliki sejumlah manfaat kesehatan termasuk kemampuannya membantu
Hipertensipada ibu hamil meningkatkan risiko preeklamsia dengan jumlah yang cukup besar. Dalam jurnal JOJ Nursing and Health Care menunjukan bahwa efek antioksidan dari buah naga merah dapat mencegah risiko penyakit akibat paparan asap rokok pada ibu hamil. Selain itu, sifat antioksidan ini bermanfaat untuk membantu mengatur sintesis kolagen
salahsatunyadengan cara meningkatkan konsumsi buah kaya serat seperti buah naga merah. Buah naga merah memiliki kandungan niasin, vitamin C dan asam palmitat yang dapat meningkatkan kadar HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga merah dengan dosis 2.86 g/ kg BB/hari terhadap kadar HDL pria dislipidemia.
Buahnaga yang sering dikonsumsi adalah jenis buah naga kulit dan daging merah. Sanjaya DS. (2013). Pembuatan Zat Warna Alami dari Biji Kesumba dalam Bentuk Konsentrat Tinggi untuk Pewarna Makanan. Metana. Jurnal. 9(2): 41-45. Saneto, B. (2005). Karakterisasi Kulit Buah Naga Merah (Hylocereuspolyhizus). Jurnal Agrikia. 2(2): 143-149
. Buah naga memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi. Kandungan bermanfaat untuk mencegah radikal bebas dan melindungi tubuh dari berbagai macam serangan penyakit, seperti hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian buah naga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Bedahlawak Tembelang Jombang. Desain penelitian yang digunakan quasy-eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Variabel independent pemberian buah naga merah. dependent tekanan darah dengan populasi sebanyak 36 orang, teknik sampling yang digunakan random sampling didapatkan sampel jumlah setiap kelompok sebanyak 13 orang, data diuji dengan t-test paried dan t-test independent dengan tingkat kemaknaan ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum dilakukan pemberian jus buah naga merah sistole rata-rata 150,77 dan setelah rata-rata sistole 142,31, ada pengaruh pemberian buah naga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Bedahlawak Tembelang Jombang yang signifikan dikarenakan nilai thitung sebesar 3,091 dengan p = 0,009 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buah naga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Bedahlawak Tembelang Jombang yang signifikan, maka diharapkan bagi tenaga kesehatan melakukan langkah-langkah untuk melakukan penekanan terjadinya hipertensi. Pemberian penyuluhan lebih intensif, serta melakukan melakukan eksperimen untuk menurunkan tekanan darah seperti pemberian jus buah naga merah, sehingga masyarakat mengerti dan paham khusus penderita hipertensi bahwa mengkonsumsi buah naga merah bermanfaat menurunkan tekanan darah, maka dengan demikian tekanan darah dapat dicegah dan ditangani secara optimal. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the authors.... [3] Menurut jurnal penelitian Nisa Membuat jus buah naga merah sebanyak 200 ml yang berasal dari 100 gr daging buah naga merah dan kulit buah naga merah sebanyak 20 % yang diberikan 2 kali sehari selama 3 hari. [4] Menurut jurnal penelitian Kurniawati 2019 Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum dilakukan pemberian jus buah naga merah sistole rata-rata 150,77 dan setelah rata-rata sistole 142,31, ada pengaruh pemberian buah naga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi [5] Menurut jurnal penelitian Wulan 2019, terdapat pengaruh pemberian buah naga merah terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Hasil analisis statistik paired ttest pada kelompok intervensi menunjukkan hasil tekanan darah sistolik pre-test post-test dengan nilai p value 0,000, diastolik dengan p value 0,024. ...Veryudha Eka Prameswari VeryudhaIndra Yulianti IndraIndah Kusmindarti Indah kABSTRAK Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri mmHG. Tekanan darah tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala. Seiring waktu, jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan stroke. Pola makan sehat dengan sedikit garam, olahraga rutin, dan konsumsi obat dapat membantu menurunkan tekanan darah. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah agar masyarakat khususnya penderita hipertensi dapat melakukan upaya preventif tentang hipertensi dan menambah pengetahuan masyarakat tentang metode alternative selain minum obat hipertensi. Kegiatan pemberian health education ini adalah menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada aktifitas education, treatment dan evaluasi bedasarkan evidance based. Pada kesempatan ini kegiatan Pengabdian Masyarakat dilaksanakan pada masyarakat di desa Ngembeh, Dlanggu. Hasil yang diharapkan dari pengabdian masyarakat ini adalah dapat meningkatkan kognitif pada penderita hipertensi mengenai sebagai upaya untuk menurunkan tekanan darah dengan pengobatan herbal pemanfaatan juice buah naga merahNovi MelyanaPitri Gea NataliaLenny NuraidaNasrawati NasrawatiPelayanan kesehatan komplementer merupakan salah satu rekomendasi tindakan terapeutik dalam komunitas kebidanan, dan menjadi salah satu bagian penting dalam praktik kebidanan. Tindakan terapeutik tersebut dapat berfokus kepada Wanita Usia Subur, pada pelayanan antenatal dan postnatal. Pemberian pelayanan komplementer pun seharusnya berdasarkan kepada hasil penelitian sebagaimana implementasi prinsip evidence-based practice. Dengan hadirnya kumpulan hasil penelitian mahasiswa kebidanan ini semoga menjadi landasan yang baik untuk pengembangan keilmuan has not been able to resolve any references for this publication.
Tak hanya melancarkan pencernaan, buah naga juga dinilai dapat menurunkan hipertensi. Simak ulasannya lebih lanjut di atau tekanan darah tinggi adalah kondisi tekanan darah berada di atas nilai normal, yaitu lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan yang tinggi tersebut membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Bila tidak terkontrol, hipertensi bisa menimbulkan berbagai komplikasi, seperti stroke, serangan jantung, kerusakan ginjal, dan masalah pembuluh darah hipertensi meliputi perubahan pola hidup dan konsumsi obat-obatan. Obat hipertensi pun harus atas anjuran dokter, baik dosis maupun aturan konsumsi obat, penderita juga harus memperbanyak konsumsi buah, salah satunya buah naga. Yuk, kita simak manfaat buah naga untuk darah tinggi! Manfaat Buah Naga untuk Menurunkan Darah TinggiInilah beberapa khasiat buah naga untuk menurunkan darah tinggi yang sayang Anda lewatkan 1. Tinggi Vitamin dan Mineral Selain rasanya yang segar, buah naga kaya akan protein, karbohidrat, juga tinggi vitamin C, vitamin B1, dan riboflavin. Berbagai mineral seperti kalsium, besi, dan fosfor di dalam buah naga pun tidak kalah tinggi. Vitamin dan mineral penting untuk menjaga kesehatan tubuh, salah satunya kesehatan jantung dan pembuluh darah. Maka itu, Anda bisa rutin makan buah naga untuk membantu menurunkan hipertensi. 2. Menjaga Kelenturan Pembuluh Darah Kandungan vitamin C di dalam buah naga yang tinggi dapat menjaga pembuluh darah tetap sehat dan lentur. Manfaat ini akan mencegah tekanan darah tinggi. Bagi Anda yang sudah mengalami hipertensi, mengonsumsi buah naga dapat menjaga tekanan darah tetap stabil. 3. Mencegah Kerusakan Pembuluh Darah Buah naga mengandung antioksidan yang tinggi, seperti fitoalbumin dan flavonoid. Antioksidan tersebut berfungsi untuk menangkal radikal bebas dari makanan atau udara yang tercemar polusi. Pasalnya, kedua hal tadi berpotensi merusak pembuluh darah. 4. Sumber Lemak Sehat Buah naga mengandung asam lemak tak jenuh yang baik untuk tubuh, terutama untuk kesehatan jantung. Makan buah naga dapat mencegah terjadinya sumbatan pembuluh darah akibat timbunan lemak aterosklerosis dan menjaga kadar kolesterol tetap normal. 5. Kaya Serat Buah naga mengandung serat yang tinggi. Nutrisi ini sangat baik untuk pencernaan dan mencegah penderita hipertensi mengonsumsi makanan yang kurang sehat. Artikel lainnya Ini Dia Segudang Manfaat Buah Naga Tips Konsumsi Buah Naga untuk Penderita HipertensiTak perlu bingung, ikuti cara menikmati buah naga untuk menurunkan tekanan darah berikut ini Setelah dikupas kulitnya, buah naga tidak perlu dicuci terlebih dahulu Sebaiknya buah naga langsung dimakan utuh. Bila ingin dibuat jus atau smoothies, hindari penambahan gula ataupun susu terlalu banyak Biji buah naga mengandung antioksidan, sehingga baik untuk dikonsumsi juga bersama dengan buahnya Selain mengonsumsi buah naga, Anda tentu harus menerapkan prinsip pola hidup sehat lainnya Penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin agar dapat mengetahui kondisi kesehatan tubuh lebih detail. Buah naga memang dapat membantu menurunkan tekanan darah. Namun, buah ini tidak dapat menggantikan pengobatan hipertensi yang lain. Penderita hipertensi tetap harus melakukan perubahan pola hidup dan konsumsi obat hipertensi rutin untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Kalau ingin tahu lebih lanjut seputar makanan yang baik untuk hipertensi, tanya dokter online saja! Info seputar hipertensi beserta pengobatannya juga lebih lengkap di aplikasi KlikDokter. FR/JKTtekanan darahBuah NagaHipertensi
- Buah termasuk salah satu makanan yang dapat membantu menjaga tekanan darah penderita hipertensi. Hipertensi adalah kondisi saat hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg, dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Angka pertama sistolik menunjukkan tekanan pembuluh darah ketika jantung berdetak. Sedangkan angka kedua diastolik mewakili tekanan pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak hipertensi perlu mengontrol ketat asupan garam, gula, dan lemak tak sehat. Selain itu, penderita perlu memperbanyak asupan buah, sayur, kacang-kacangan, dan memilih karbohidrat kompleks seperti beras merah. Baca juga Diet Hipertensi, Ikuti Takaran Garam Per Hari Berikut... Melansir Harvard Health Publishing, penderita hipertensi disarankan makan buah segar setidaknya 20 porsi seminggu atau tiga kali dasarnya, setiap buah baik dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Tapi, studi menyebut beberapa buah membantu mengontrol tekanan darah tinggi. Berikut beberapa buah yang cocok untuk penderita hipertensi 1. Stroberi Melansir Medical News Today, stroberi mengandung senyawa antioksidan antosianin yang dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Penelitian yang mengamati penderita hipertensi membuktikan, pengidap yang rutin mengonsumsi asupan tinggi antosianin seperti stroberi terbukti kadar tekanan darahnya lebih rendah delapan persen ketimbang orang yang jarang makan asupan mengandung antosianin. Pengidap hipertensi bisa menikmati stroberi sebagai camilan di sela-sela jam makan utama, atau menjadikannya hidangan pencuci mulut yang sehat. Baca juga 7 Makanan Pantangan Penderita Hipertensi yang Perlu Dihindari 2. Pisang Pisang mengandung banyak mineral kalium yang membantu mengontrol tekanan darah.
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Bagian buah naga yang sering dimanfaatkan adalah bagian daging buah yang berwarna merah, putih ataupun ungu sedangkan kulitnya yang mempunyai berat 30 - 35% dari berat buah belum dimanfaatkan secara maksimal dan hanya dibuang sebagai sampah, padahal kulit buah naga mengandung zat bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan dalam bentuk asam askorbat, betakaroten, dan antosianin, dan serat pangan dalam bentuk pektin. Kulit buah naga merah juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, phosfor, zat besi dan beberapa vitamin seperti vitamin A dan C. Selain itu, kulit buah naga merah juga memiliki kandungan lycopene yang merupakan antioksidan alami dan berfungsi untuk melawan kanker, penyakit jantung, dan menurunkan tekanan darah tinggi Salah satu metode yang bisa dipakai untuk mengolah kulit buah naga adalah mengolah kulit buah naga menjadi teh Kunci buah naga, teh celup, kayu manis Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 1 Pemanfaatan Kulit Buah Naga Hylocereus polyrhizus sebagai Bahan Baku Pembuatan Teh Celup Herbal dengan Penambahan Kayu Manis Cinnamons lumbini L Ainal Nasir Laila Sari Fadlan Hidayat Program Studi Teknik Industri Pertanian, Universitas Serambi Mekkah Email fadlanhidayat ABSTRAK Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Bagian buah naga yang sering dimanfaatkan adalah bagian daging buah yang berwarna merah, putih ataupun ungu sedangkan kulitnya yang mempunyai berat 30 - 35% dari berat buah belum dimanfaatkan secara maksimal dan hanya dibuang sebagai sampah, padahal kulit buah naga mengandung zat bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan dalam bentuk asam askorbat, betakaroten, dan antosianin, dan serat pangan dalam bentuk pektin. Kulit buah naga merah juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, phosfor, zat besi dan beberapa vitamin seperti vitamin A dan C. Selain itu, kulit buah naga merah juga memiliki kandungan lycopene yang merupakan antioksidan alami dan berfungsi untuk melawan kanker, penyakit jantung, dan menurunkan tekanan darah tinggi Salah satu metode yang bisa dipakai untuk mengolah kulit buah naga adalah mengolah kulit buah naga menjadi teh herbal. Kata Kunci buah naga, teh celup, kayu manis PENDAHULUAN Potensi kulit buah naga merah yang begitu besar namun belum termanfaatkan dengan optimal, maka perlu pengolahan lebih lanjut agar kulit buah naga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Herbal tea atau teh herbal merupakan salah satu produk minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai penyegar Hambali dkk., 2006. Teh sering disebut sebagai minuman yang mengandung kafein yang biasanya diperoleh dengan menyeduh daun atau pucuk daun camellia sinensis menggunakan air panas Wikipedia, 2011. Proses pengolahan teh meliputi proses pelayuan, fermentasi dan pengeringan. Ketiga proses ini akan mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan terutama aromanya Penelitian pembuatan teh telah dilakukan oleh Aiyuni dkk 2017 tentang pembuatan teh herbal kulit buah naga dengan penambahan jahe. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik didapatkan dari suhu pengeringan 50º C dan konsentarasi jahe 14% dengan kadar air 10,89%, kadar abu 5,85%, aktivitas Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 2 antioksidan 59,05% dan total fenol 6,07 mg GAE/g bahan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Purnomo dkk 2016 tentang pembuatan teh herbal dari kulit buah naga. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik didapatkan dari lama pengeringan 18 jam, suhu pengeringan 50ºC dengan kadar air 14,03%, kadar abu 14,23%, aktivitas antioksidan 2,713 ppm, beraroma kulit buah naga segar, rasa sepat, warna sangat merah dan keseluruhan panelis menyukai. Dalam pembuatan teh herbal kulit buah naga diperlukan penambahan flavouring agent untuk menutupi flavor langu pada kulit buah naga. Flavouring agent yang ditambahkan adalah kayu manis. Pemilihan kayu manis sebagai bahan tambahan dalam pembuatan teh herbal ini dikarenakan kayu manis mengandung senyawa seperti eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, damar, zat penyamak, dan komponen lain yang banyak digunakan untuk memberi aroma dan citarasa dalam teh herbal agar teh herbal yang dihasilkan nantinya lebih menarik. Penelitian tentang penambahan kayu manis dalam teh herbal telah dilakukan oleh Anjani dkk 2015. Dari hasil penelitiannya di peroleh perlakuan terbaik dengan penambahan filtrat kayu manis 4% yang memiliki total fenol sebesar ppm, aktivitas antioksidan dan flavonoid positif. Penelitian lain juga dilakukan oleh Hastuti 2014 dalam pembuatan minuman fungsional dengan penambahan kayu manis. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa minuman dengan penambahan kayu manis 1,5% paling disukai panelis dengan penilaian sangat suka untuk parameter warna dan suka untuk aroma dan rasa dengan nilai pH 6,39, tingkat kecerahan 37,10, aktivitas antioksidan 38,43% dan kadar gula total 4,77%. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada Februari 2018 di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Serambi Mekkah Provinsi Aceh dan analisa akan di lakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Serambi Mekkah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK faktorial yang terdiri dari 3 level dengan 3 kali ulangan. Adapun faktor yang diteliti adalah Suhu Pengeringan S dan Konsentrasi Bubuk Kayu Manis K. Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 27 satuan percobaaan. Susunan kombinasi dari perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Penambahan Bubuk Kayu Manis K S1 = 40º C S2 = 50º C S3 = 60º C Data akan dianalisis menggunakan Analisis of Variance ANNOVA. Model rancangan faktorial yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Yijk = µ + S1 + KJ + SKij + €ijk Keterangan Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 3 Yijk = Total pengamatan pada ulangan ke-S dari faktor suhu pengeringan S ke-i dan faktor penambahan bubuk kayu manis K ke-j µ = Nilai tengah atau pengaruh rata rata umum Si = Pengaruh suhu pengeringan S pada taraf i Kj = Pengaruh penambahan kayu manis K pada taraf j SKij = Pengaruh interaksi faktor suhu pengeringan S ke-i dan faktor penambahan bubuk kayu manis K ke-j €ijk = Galat percobaan untuk faktor suhu pengeringan S ke-i dan faktor penambahan bubuk kayu manis K ke-j Penelitian yang akan dilakukan ini berpedoman kepada dua variabel perlakuan yang akan dicobakan yaitu pada variabel tetap dan variabel berubah. Dengan kedua variabel ini diharapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dapat terwujud. Prosedur penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu Proses Pembuatan Bubuk Kayu Manis Pramitasari, 2010 Modifikasi; dimana dalam hal ini kayu manis dipotong potong ukuran ± 1 cm dan dikeringkan dalam oven suhu 60°C selama 8 jam. Setelah kering, kayu manis kemudian kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan di blender sampai menjadi bubuk lalu diayak dengan ayakan 80 mesh hingga didapatkan bubuk kayu manis, dan Proses Pembuatan Teh Bubuk Kulit Buah Naga modifikasi Adri dan Hersolistyorini, 2013; Kulit buah naga disortasi terlebih dahulu untuk menghilangkan sisik dan tangkai, dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran. Kulit buah naga dipotong dengan ukuran ± 2 cm. Kemudian kulit buah naga dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C, 50°C, 60°C selama 18 jam. Setelah itu dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan blender kering. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rendemen Rendemen merupakan persentase teh kulit buah naga yang dihasilkan dari berat bahan yang digunakan. Rendemen juga sering disebut sebagai suatu parameter yang paling penting untuk mengontrol nilai ekonomis dan efektivitas dari suatu produk atau bahan pangan yang digunakan untuk menentukan berapa bagian dari bahan baku yang dapat digunakan sebagai makanan. Rata rata uji rendemen teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata uji rendemen the kulit buah naga Penambahan bubuk kayu manis K Tabel ini menjelaskan bahwa nilai rendemen teh kulit buah naga berkisar antara 11,61% - 13,22% dengan rata rata rendemen yang dihasilkan 12,55%. Nilai tertinggi didapat pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 4 S3K3 yaitu 13,22% sedangkan nilai terendah didapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 2% S1K1 dengan nilai 11,61%. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka rendemen teh kulit buah naga yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini diduga karena semakin tinggi suhu yang digunakan maka dapat meningkatkan kontak bahan pangan dengan panas semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bahan yang dipengaruhi oleh adanya suplai energi panas dari pemanasan bahan selama proses pengeringan. Hal ini didukung oleh pendapat Wahyunindiani dkk 2015 yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin besar energi panas yang dibawa udara dan diterima oleh bahan sehingga semakin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan yang akan menyebabkan nilai rendemen yang dihasilkan menjadi semakin meningkat. Peningkatan nilai rendemen teh kulit buah naga juga diduga disebabkan karena kondisi potongan kulit buah naga yang secara keseluruhan belum kering dan memiliki kadar air yang masih tinggi sehingga akan mengakibatkan panas yang diterima oleh bahan pangan tidak sama. Ketebalan irisan akan menyebabkan proses pengeringan bahan menjadi lambat sehingga akan terjadi proses case hardening yang merupakan proses dimana bagian luar permukaan bahan pangan kering sementara bagian dalamnya tidak kering. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga disebut sebagai salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Pengujian terhadap kadar air pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen air yang masih terkandung dalam teh buah kulit buah naga setelah melalui proses pengeringan pada tiap-tiap kombinasi perlakuan. Hasil analisis rata rata uji kadar air teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Rata-rata Uji Kadar Air The Kulit Buah Naga Penambahan bubuk kayu manis K Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai kadar air teh kulit buah naga berkisar antara 6,74% sampai dengan 9,51% dengan rata rata kadar air yang dihasilkan 8,29%. Nilai kadar air tertinggi didapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 2% S1K1 dengan nilai 9,51% sedangkan nilai kadar air terendah didapat pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis S3K3 yaitu 6,74%. Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 5 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengeringan S berpengaruh nyata P 0,05 terhadap nilai kadar air teh buah kulit buah naga yang dihasilkan dari berbagai kombinasi perlakuan yang diteliti. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar air teh kulit buah naga dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 1. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar air teh kulit buah naga pada BNT0,01= 2,68 dan KK = 5,78 Nilai yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar air teh kulit buah naga yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena selama pengeringan terjadi penguapan air yang sangat besar pada kondisi suhu yang tinggi sehingga akan mengakibatkan potongan kulit buah naga menjadi kering. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lubis 2010 yang menyatakan bahwa suhu pengeringan akan berpengaruh terhadap kadar air karena kondisi pengeringan yang lama akan mengakibatkan jumlah air yang teruapkan lebih banyak sehingga kadar air yang dihasilkan menjadi semakin rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan Widjanarko 2012, bahwa laju penguapan disamping dipengaruhi oleh tingkat kelembaban juga dipengaruhi oleh suhu di sekitar bahan yang dikeringkan. Menurut Vallous 2011, peningkatan tekanan uap atau suhu pengeringan menyebabkan terjadinya penurunan kadar air bahan. Penurunan kadar air bahan akan sampai pada titit kesetimbangan dimana migrasi air dari permukaan bahan menuju udara kering mengakibatkan konsentrasi air dalam bahan pangan semakin lama, akan semakin berkurang, dan mengakibatkan turunnya tekanan uap. Karena perbedaan tekanan uap semakin menurun maka penguapan air dalam permukaan bahan akan berkurang. Kadar air yang dihasilkan dari penelitian ini dipengaruhi oleh jenis buah dan persentase kandungan air yang terdapat didalam kulit buah naga. Menurut SNI 03-3836-2012, kadar air teh seduhan yang dibolehkan adalah dengan nilai maksimal 8% sedangkan kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 6,74%-9,13% dengan rata-rata 8,52%. Kadar air yang tinggi dalam penelitian ini diduga disebabkan karena kulit buah naga yang digunakan adalah kulit yang masih basah dan mengandung Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 6 kadar yang tinggi sehingga walaupun telah melalui proses pengeringan dengan suhu tinggi kadar air buah kulit buah naga masih berada pada persentase yang tinggi. Selain itu, kadar air yang tinggi dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh proses penerimaan panas pada bahan selama pengeringan tidak merata pada saat pengeringan. Selain itu pula oven pengering yang digunakan tidak dilengkapi dengan blower atau kipas sehingga efektifitas bahan kering selama proses pengeringan juga rendah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini tidak memenuhi persyaratan kadar air teh yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia SNI. Uji organoleptik Menurut Citra 2014, warna dalam bahan dapat berasal dari pigmen alami bahan pangan itu sendiri, reaksi karamelisasi, reaksi Maillard, reaksi senyawa organik dengan udara dan penambahan zat warna baik alami maupun sintetik. Pengujian organoleptik terhadap warna teh kulit buah naga bertujuan untuk melihat kondisi bagaimana warna visual yang dihasilkan produk teh kulit buah naga pada tiap-tiap kombinasi perlakuan yang diteliti. Hasil analisis rata-rata uji organoleptik warna teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Penambahan bubuk kayu manis K Tabel diatas memperlihatkan bahwa rerata nilai uji organoleptik warna teh kulit buah naga berkisar antara 3,82 suka – 4,18 suka dengan rata-rata 4,04 suka. Nilai organoleptik warna tertinggi didapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% S3L3 dengan nilai 4,18 suka sedangkan nilai organoleptik warna terendah didapat pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis 2% K1L1 dengan nilai 3,82 biasa. Hasil analisis sidik ragam lampiran 5c menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengeringan S berpengaruh sangat nyata P > 0,01 sedangkan penambahan bubuk kayu manis K berpengaruh nyata dan interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis SK berpengaruh nyata P > 0,05 terhadap organoleptik warna teh kulit buah naga yang dihasilkan dari berbagai kombinasi perlakuan yang diteliti. Pengaruh interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis terhadap organoleptik warna teh kulit buah naga dapat dilihat pada Gambar 2. Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 7 Gambar 2. Pengaruh interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis terhadap organoleptik warna teh kulit buah nagat. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka nilai organoleptik warna yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini berhubungan dengan perlakuan oksidasi enzimatis yang diterima oleh bahan selama proses pengeringan. Reaksi oksidasi enzimatis ini pada saat pengeringan pada suhu yang tinggi akan memberikan perubahan senyawa tanin yang akan berakibat pada pembentukan rasa, aroma dan warna. Reaksi enzimatis ini juga berperan untuk merubah kandungan senyawa tanin yang ada dalam teh menjadi theaflavin dan thearubigin yang berperan dalam penentuan kecerahan warna seduhan teh menjadi kuning kemerahan. Thearubigin merupakan senyawa yang sulit larut dalam air dan berperan dalam menentukan kemantapan warna seduhan teh menjadi merah kecoklatan dan agak gelap Rohdiana, 2011. Dewa dkk 2019 yang menyatakan bahwa pada pembuatan teh peony pada suhu pengeringan 600C menghasilkan teh yang disukai panelis dengan skor 3,47 suka. `Warna teh kulit buah naga yang dihasilkan pada penelitian adalah merah kecoklatan dan akan semakin bewarna hitam pekat dengan meningkatnya suhu pengeringan yang digunakan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kerusakan pigmen yang terjadi pada saat kulit buah naga dikeringkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hermani dan Nurdjanah 2012 yang menyatakan bahwa proses pengeringan menyebabkan warna hijau klorofil pada buah, kulit dan daun akan teroksidasi menjadi coklat karena terjadi peristiwa pencoklatan. Rasa merupakan penilaian organoleptik paling penting yang akan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk di tengah masyarakat. Namun rasa juga sangat ditentukan oleh aroma, dan tekstur produk. Pada umumnya rasa yang telah disepakati ada empat yaitu manis, pahit, asam dan asin. Kepekaan tehadap rasa terdapat pada kuncup rasa pada lidah. Hubungan antara struktur kimia suatu senyawa lebih mudah ditentukan dengan rasanya. Pengujian terhadap organoleptik rasa teh kulit buah naga bertujuan untuk melihat bagaimana penerimaan panelis terhadap rasa teh yang Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 8 dihasilkan pada tiap-tiap kombinasi perlakuan yang diteliti. Hasil analisis rata-rata uji organoleptik rasa teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis rata-rata uji organoleptik rasa teh kulit buah naga Penambahan bubuk kayu manis K Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata rata nilai organoleptik rasa teh kulit buah naga berkisar antara 3,90 suka – 4,35 suka dengan rara rata 4,14 suka. Nilai organoleptik rasa tertinggi didapat pada perlakuan suhu pengeringan 50°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% S2K3 dengan nilai 4,35 suka sedangkan nilai organoleptik rasa terendah didapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% S1K3 yaitu 3,90 suka. Hasil analisis sidik ragam lampiran 6c menunjukkan bahwa penambahan bubuk kayu manis K berpengaruh nyata P > 0,05 sedangkan suhu pengeringan S dan interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan kayu manis K tidak berpengaruh P 0,01 sedangkan interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis SK berpengaruh nyata P > 0,05 terhadap hedonik warna teh kulit buah naga yang dihasilkan dari berbagai kombinasi perlakuan yang diteliti. Pengaruh interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis terhadap hedonik warna teh kulit buah naga dapat dilihat pada Gambar berikut Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 10 Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa suhu pengeringan meningkatkan pengaruh nyata pada tingkat kesukaan panelis dan metode deskriptif terhadap hedonik warna teh kulit buah naga. Rata-rata panelis memberikan nilai tertinggi pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dengan penilaian warna sangat kuning keemasan. Hasil metode deskriptif terhadap warna teh kulit buah naga, panelis memberikan kisaran nilai 3,82-4,23 dengan nilai tertinggi pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan sedangkan penambahan bubuk kayu manis 4% S3K2 dengan kriteria warna kemerahan sesuai dengan bahan dasar yang digunakan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan minuman teh adalah suhu air penyeduh dan waktu ekstraksi. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi warna, rasa dan aroma minuman teh yang dihasilkan. Proses ekstraksi teh adalah suatu pemisahan bahan berupa padatan dengan menggunakan bahan cair air atau pelarut lainnya. Menurut Trisno 2010, idealnya waktu menyeduh teh berlangsung selama lima menit dengan suhu air 80°C dan tiga menit dengan suhu air 90°C. Hal ini disebabkan karena apabila ekstraksi terlalu lama akan melarutkan banyak tanin, sehingga menimbulkan rasa agak sepat yang berlebihan pada seduhan teh. Menurut standar SNI 01-3143-1992 warna minuman teh yang baik adalah normal yaitu cerah. Proses oksidasi enzimatis mengubah senyawa katekin menjadi theaflavin dan selanjutnya terkondensasi menjadi thearubigin. Semakin lama proses oksidadi enzimatis maka semakin banyak theaflavin yang terkondensasi menjadi thearubigin sehingga cairan sel berwarna lebih gelap. Senyawa theaflavin memberikan warna merah kekuningan, terang dan berpengaruh terhadap kejernihan seduhan. Berdasarkan penelitian Adri dan Hersoelistyorini 2013, semakin lama pengeringan warna teh daun sirsak yang dihasilkan semakin memudar. Hedonik aroma Aroma pada produk pangan dapat dipengaruhi oleh bahan bahan yang digunakan dalam proses pengolahannya. Penggunaan suhu tinggi pada pengolahan pangan menyebabkan senyawa-senyawa volatil hilang karena proses penguapan Rahmi, 2004. Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 11 Pengujian terhadap organoleptik aroma teh kulit buah naga bertujuan untuk mengetahui bagaimana aroma yang dihasilkan teh pada tiap-tiap kombinasi perlakuan yang diteliti. Rata rata hasil hedonik aroma teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Hasil Hedonik Aroma Teh Kulit Buah Naga Penambahan bubuk kayu manis K Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai hedonik warna yang dihasilkan teh berkisar antara 3,58 tidak bau sampai dengan 4,23 tidak bau dengan nilai rata rata 3,90 tidak bau. Nilai hedonik warna tertinggi terdapat pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis 4% S3K2 dengan nilai 4,23 tidak bau sedangkan nilai hedonik warna terendah terdapat pada suhu pengeringan 50°C dan penambahan bubuk kayu manis 4% S2K2 dengan nilai 3,58 tidak bau. Rasa pahit Rasa berhubungan dengan komponen bahan yang ditangkap oleh indrera perasa lidah. Rasa juga merupakan salah satu penentu dalam tingkat penerimaan panelis Hafezi dkk, 2006. Pengujian terhadap hedonik rasa pahit teh kulit buah naga bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasa pahit yang dihasilkan teh pada tiap-tiap kombinasi perlakuan yang diteliti. Rata rata hasil hedonik rasa pahit teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata rata hasil hedonik rasa pahit teh kulit buah naga Penambahan bubuk kayu manis K Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai hedonik rasa pahit yang dihasilkan teh kulit buah naga berkisar antara 3,95 agak pahit sampai dengan 4,25 tidak pahit dengan nilai rata rata 4,13 tidak pahit. Nilai organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% S1K3 dengan nilai 4,25 tidak pahit sedangkan nilai organoleptik warna terendah terdapat pada suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis 2% S1K1 dengan nilai 3,95 agak pahit. Semakin tinggi persentase penambahan bubuk kayu manis maka rasa pahit yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini diduga karena rasa pahit yang dihasilkan merupakan rasa pahit yang melekat dimulut sehingga menyebabkan tingkat kesukaan Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 12 panelis juga semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratnaningrum 2018 yang menyatakan bahwa penurunan rasa terhadap mutu teh disebabkan karena senyawa yang berkontribusi untuk karakteristik rasa teh adalah senyawa polifenol katekin, asam amino, dan theine yang merupakan senyawa yang menggumpalkan protein sehingga menghasilkan rasa sepat dilihat. Kejernihan Nilai kejernihan yang semakin rendah menunjukkan mutu kejernihan yang semakin amat sangat keruh sedangkan nilai kejernihan yang semakin tinggi menunjukan mutu kejernihan air seduhan teh amat sangat kuat transparan. Rata rata nilai kejerninhan teh kulit buah naga berkisar antara 3,80 agak jernih – 4,18 jernih dengan rata rata 3,92 agak jernih. Nilai kejernihan tertinggi didapat pada perlakuan suhu pengeringan 60°C dan penambahan bubuk kayu manis 2% S3K1 dengan nilai 4,18 jernih sedangkan nilai kejernihan terendah didapat pada perlakuan suhu pengeringan 40°C dan penambahan bubuk kayu manis 6% S1K3 yaitu 3,80 agak jernih. Rata rata hasil kejernihan teh kulit buah naga dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata rata hasil kejernihan teh kulit buah naga Penambahan bubuk kayu manis K Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan kayu manis K dan suhu pengeringan S serta interaksi antara suhu pengeringan dan penambahan bubuk kayu manis S berpengaruh tidak nyata P < 0,05 terhadap kejernihan teh kulit buah naga yang dihasilkan dari berbagai kombinasi perlakuan yang di teliti. Pada uji mutu hedonik, atribut kejernihan air seduhan teh kulit buah naga flavor kayu manis memiliki kisaran nilai rataan antara 3,80 sampai dengan 4,18 dengan makna pada kisaran agak lemah sampai agak kuat. Suhu pengeringan yang semakin besar maka kejernihan teh semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh warna ungu pada kulit buah naga mengalami degradasi akibat pemanasan dan membentuk warna coklat. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hermani dan Nurdjanah 2004, yang menyatakan bahwa proses pengeringan menyebabkan warna hijau klorofil pada daun teroksidasi menjadi coklat. Hal ini dikarenakan terjadi peristiwa pencoklatan. Menurut Arpah 1993 senyawa teaflavin memberikan warna merah kekuningan, terang dan berpengaruh terhadap kejernihan seduhan. PENUTUP Simpulan 1. Penambahan bubuk kayu manis K berpengaruh sangat nyata terhadap kadar uji organoleptik warna dan uji hedonik warna teh kulit buah naga. Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume VIII, April 2020 pISSN 2337 – 9952 eISSN 2656 – 8446 13 2. Suhu pengeringan S berpengaruh nyata terhadap uji hedonik rasa pahit dan warna uji organoleptik rasa dan warna teh kulit buah naga 3. Interaksi antara penambahan bubuk kayu manis dan suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap organoleptik warna dan uji hedonik warna teh kulit buah naga 4. Perlakuan terbaik terdapat pada penambahan bubuk kayu manis 6% dan suhu pengeringan 600C K3S3 yang menghasilkan teh kulit buah naga mutu yang baik dengan sifat kimia yaitu kadar air 6,74%, rendeman 13,22%, uji organoleptik rasa 4,18 suka, aroma 3,83 suka, tekstur 3,70 suka dan warna 4,07 suka, uji hedonik warna 4,45 ungu, aroma 3,65 tidak bau, kejerniha 3,91 tidak jernih dan rasa pahit 4,05 tidak pahit. DAFTAR PUSTAKA Aiyuni, R. Heru, Rohaya, S. 2017. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Naga Hylocereus costaricensis dalam Pembuatan Teh Herbal dengan Penambahan Jahe. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 2, Nomor 3, Agustus 2017 Adri, D. Hersolistyorini, W. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat. Organoleptik Teh Daun Sirsak Annona muricata Linn. Berdasarkan. Variasi Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07. Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya; Penerbit Stomata. Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat, 431 Jenis Tanaman Penggempur. Aneka Penyakit. Jakarta PT. Agromedia Pustaka. Anis, E, 2002. Identifikasi dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah Hylocareus costaricensis pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis Pelarut. Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6. Anjani, P,P. Shelly A. Tri Dewanti W. Pengaruh Penambahan Pandan Wangi dan Kayu Manis pada Teh Herbal Kulit Salak Bagi Penderita Diabetes. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 Januari 2015 Hambali, E. Abdu, S., E. Noor,. 2006. Kajian Proses Produksi Surfaktan. MES dari Minyak Sawit dengan menggunakan Reaktan H2SO4. Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI Institut Pertanian Bogor. 80 hlm. Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta. Hastuti, A, M. 2014. Pengaruh Penambahan Kayu Manis terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kadar Gula Total Minuman Fungsional Secang dan Daun Stevia sebagai Alternatif Minuman bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Kanner, K., Harel, S., and Granit, R. 2001. Betalains – A new class of dietary cationized antioxidants. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49, 5178–5185. Kencana. E. D. 2015. Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Teh Herbal Daun Katuk Sauropus Adrogynus L. Merr. Jurnal penelitian tugas akhir Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Pasundan Ainal Nasir, Laila Sari, Fadlan Hidayat 14 Nurliyana, R., Z. I. Syed., S. K. Mustapha., M. R. Aisyah, and R. K. Kamarul. 2010. Antioxidant study of pulps and peels of dragon fruits. a comparative study. Food Research Journal Malaysia. 172367-375. Pramitasari, D. 2010. Penambahan Ekstrak Jahe Zingiber officinale Rosc. dalam Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan dengan Metode Spray Drying Komposisi Kimia, Sifat Sensoris dan Aktivitas Antioksidan Skripsi S-1 Progdi Teknologi Pertanian. Surakarta Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Purnomo, 2016. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah Hylocereus polyrhizus sebagai Teh Herbal. Jom Faperta Vol. 3 No 2 Oktober 2017 Purnomowati. 2016. Manfaat Buah Naga. Akses 8. November 2016. Santoso. 2011. Pengaruh Penggunaan Edible Coating Terhadap Susut Bobot, Ph, dan Karakteristik Organoleptik Buah. Potong Pada Penyajian Hidangan Dessert. [Skripsi] Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Satriadi, I. 2015. pengaruh suhu pengeringan dan ukuran potongan terhadap karakteristik teh kulit lidah buaya Aloe barbadensis milleer. Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana Sinaga, C. 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin Dari Kulit Buah Naga Merah Hylocereus Polyrhizus, 32, 25– 29. Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis. 2005 dalam Patwary, M., Rahman,. M., Barua., Sarkar., Alam, M. 2013. Study on the growth and development of two dragon fruit Hylocereus undatus genotypes. The Agriculturists 112 52-57 2013. ISSN 2304-7321 [Online] A Scientific Journal of Krishi Foundation. Thomas, J. and Duethi, 2001, Cinnamon Handbook of Herbs and Spices. CRC Press, New York, Verma, S. Aggarwal, K., 2014. Trend, Growth and Determinant of Indian. Retail Sector in Post Liberal Period. Indian Journal of Management. Sciences, Vol. IV, Issue 1, Januari 88-92. Zainoldin, K. H. Baba, A. S. 2012. The Effect of Hylocereus polyrhizus and Hylocereus undatus on Physicochemical, Proteolysis, and Antioxidant Activity in Yogurt. International Journal of Biological and Life Sciences 82, 93-98 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this preliminary investigation was carried out under the AEZ- 29 at the Agricultural Research Station, Bangladesh Agricultural Research Institute BARI, Pahartali, Chittagong during December 2010 to May 2012 to evaluate two dragon fruit genotypes. The longer plant cm was recorded in HUP 002 while it was cm in HUP 001 after one and half year of planting. Flower bud emergence took place after 17 months on 9 May, 2012 in HUP 001, while it commenced in HUP 002 after 15 months on 22 March, 2012. Flower bud required 28 days bloom from emergence and the fruit matured after 33 days from anthesis in HUP 001, while that required 35 days for HUP 002 and fruits become matured after 32 days from anthesis. Larger number 8 of flowers per plant was observed in HUP 002 while the lower was noted in HUP 0016. Numerous anthers were observed below the stigma with attractive white petals in both the varieties. The fruit weights ranged from 200 -375 in HUP 002 but 150-200g in HUP 001. The edible portions were and with and % TSS in HUP 001 and HUP 002, respectively. Fruit pulp colour was white in HUP 001 while red in HUP 002. DOI The Agriculturists 2013; 112 52-57R. NurliyanaI. Syed ZahirK. Mustapha Suleiman Kamarul Rahim KamarudinThe aim of this study is to compare antioxidant level and activities primary and secondary in pulps and peels of two species of dragon fruits, Hylocereus undatus white dragon fruit and Hylocereus polyrhizus red dragon fruit. Total phenolic content TPC assay demonstrated that peels of both Hylocereus species contained higher phenolic content than the pulps. The phenolic content in peels of H. undatus was higher than H. polyrhizus, but the phenolic content in pulps of H. undatus was much lower than H. polyrhizus. 2, 2, diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH assay showed that radical scavenging activities of peels for both species were higher than the pulps. For ferrous ion chelating FIC assay, peels and pulps of both Hylocereus species showed moderate metal ion chelating effect as compared to EDTA. Overall, the results suggested that the TPC showed good relationship with the primary antioxidant activities for general comparison between the peels and the is a coagulated milk product obtained from the lactic acid fermentation by the action of Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus. The additions of fruits into milk may enhance the taste and the therapeutical values of milk products. However fruits also may change the fermentation behaviour. In this present study, the changes in physicochemical, the peptide concentration, total phenolics content and the antioxidant potential of yogurt upon the addition of Hylocereus polyrhizus and Hylocereus undatus white and red dragon fruit were investigated. Fruits enriched yogurt 10%, 20%, 30% w/w were prepared and the pH, TTA, syneresis measurement, peptide concentration, total phenolics content and DPPH antioxidant inhibition percentage were determined. Milk fermentation rate was enhanced in red dragon fruit yogurt for all doses pH/h while only white dragon fruit yogurt with 20% and 30% w/w composition showed increment in fermentation rate pH/h compared to plain yogurt All dragon fruit enriched yogurts generally showed lower pH readings pH compared to plain yogurt pH Both fruit yogurts showed a higher lactic acid percentage compared to plain yogurt Significantly higher syneresis percentage compared to plain yogurt were seen in all fruit enriched yogurts. The antioxidant activity of plain yogurt was enhanced by the presence of white and red dragon fruit All fruit enriched yogurt showed an increment in total phenolic content compared to plain yogurt However, the addition of white and red dragon fruit did not enhance the proteolysis of milk during fermentation. Therefore, it could be concluded that the addition of white and red dragon fruit into yogurt enhanced the milk fermentation rate, lactic acid content, syneresis percentage, antioxidant activity, and total phenolics content in yogurt. Joseph KannerStela HarelRina GranitAntioxidant nutrients from fruits and vegetables are believed to be a class of compounds that exert their effects in humans by preventing oxidative processes which contribute to the onset of several degenerative diseases. This study found a new class of dietary cationized antioxidants in red beets Beta vulgaris L.. These antioxidants are betalains, and the major one, betanin, is a betanidin 5-O-beta-glucoside. Linoleate peroxidation by cytochrome c was inhibited by betanin, betanidin, catechin, and alpha-tocopherol with IC50 values of and 5 microM, respectively. In addition, a relatively low concentration of betanin was found to inhibit lipid peroxidation of membranes or linoleate emulsion catalyzed by the "free iron" redox cycle, H2O2-activated metmyoglobin, or lipoxygenase. The IC50 inhibition of H2O2-activated metmyoglobin catalysis of low-density lipoprotein oxidation by betanin was < microM and better than that of catechin. Betanin and betanidin at very small concentrations were found to inhibit lipid peroxidation and heme decomposition. During this reaction, betanidin was bleached completely, but betanin remained unchanged in its absorption. This difference seems to derive from differing mechanisms of protection by these two compounds. The high affinity of betanin and betanidin for membranes was demonstrated by determining the rate of migration of the compounds through a dialysis tube. Betanin bioavailability in humans was demonstrated with four volunteers who consumed 300 mL of red beet juice, containing 120 mg of the antioxidant. The betacyanins were absorbed from the gut and identified in urine after 2-4 h. The calculated amount of betacyanins found in the urine was of that ingested. Red beet products used regularly in the diet may provide protection against certain oxidative stress-related disorders in Murdi Hastuti Ninik RustantiLatar Belakang Penatalaksanaan diet diabetes melitus tipe 2 dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan antioksidan serta memperhatikan jumlah dan jenis karbohidrat yang dikonsumsi. Kayu manis, secang, dan daun stevia merupakan bahan alami tinggi antioksidan dan rendah gula total yang dapat dijadikan bahan minuman fungsional sebagai alternatif minuman untuk penderita DM tipe Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan L*, aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna, aroma, dan rasa minuman fungsional secang dan daun Merupakan penelitian eksperimental rancangan acak lengkap satu faktor yaitu penambahan kayu manis 0%; 0,5%; 1,5 % and 2,5% pada pembuatan minuman fungsional secang dan daun stevia. Analisis statistik nilai pH, tingkat kecerahan L*, aktivitas antioksidan, dan gula total menggunakan uji One Way ANOVA dilanjutkan uji Tukey, sedangkan analisis organoleptik menggunakan uji Friedman dilanjutkan uji Wilcoxon. Hasil Minuman dengan penambahan kayu manis 1,5% paling disukai panelis dengan penilaian sangat suka untuk parameter warna dan suka untuk aroma dan rasa. Minuman ini memiliki nilai pH 6,39; tingkat kecerahan L* 37,10; aktivitas antioksidan 38,43%; dan kadar gula total 4,77%. Simpulan Penambahan kayu manis pada minuman fungsional secang dan daun stevia menurunkan aktivitas antioksidan dan menaikkan kadar gula total namun tidak bermakna secara Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan kulit buah naga dan konsentrasi penambahan jahe terhadap teh herbal serta mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap teh herbal kulit buah naga dan jahe. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK Faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah suhu pengeringan T yaitu T1 = 50⁰C, T2 = 60⁰C, T3 = 70⁰C. Faktor kedua adalah konsentrasi jahe J yaitu J1= 0%, J2= 10%, J3= 14%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata P≤0,01 terhadap kadar air, kadar abu, dan nilai organoleptik warna teh herbal kulit buah naga dan jahe yang dihasilkan, dan berpengaruh nyata P≤0,05 terhadap nilai organoleptik rasa. Konsentrasi jahe J berpengaruh sangat nyata P≤0,01 terhadap nilai organoleptik rasa teh herbal kulit buah naga dan jahe, dan berpengaruh nyata P≤0,05 terhadap kadar air, dan nilai organoleptik warna. Interaksi suhu pengeringan dengan konsentrasi jahe T×J berpengaruh nyata P≤0,05 terhadap nilai organoleptik rasa teh herbal kulit buah naga dan jahe. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perlakuan terbaik yaitu perlakuan dengan suhu pengeringan 50OC T1 dan penambahan konsentrasi jahe 14% J3 memiliki kadar air 10,89%, kadar abu 5,85%, aktivitas antioksidan 59,05% dan total fenol 6,07 mg GAE/g bahan. Utilization Of Waste Dragon Fruit Peel Hylocereus Costaricensis In The Production Of Herbal Tea With Additional Ginger Abstract. The purpose of this study was to know the impact of dried temperature and concentration additional of ginger and also to know the level of accept consumen for herbal tea dragon fruit peel and ginger. This study uses a randomized block design RAK Faktorial two factors. The first factor is dried temperature T that is T1 = 50⁰C, T2 = 60⁰C, T3 = 70⁰C. Factor II is consentration to add ginger J that is J1= 0%, J2= 10%, J3= 14%. The result of it showed that dried temperature obviously affected P ≤ on the moisture content, ash content, and sensory evaluation of color herbal tea dragon fruit peel and ginger, and obviously affected P≤0,05 to the sensory evaluation of taste. While, the ginger consentration obviously affected P ≤ on the sensory evaluation of taste herbal tea dragon fruit peel and ginger, and obviously affected P≤0,05 on the moisture content, and sensory evaluation of color. The interaction type of dried temperature with the ginger consentration obviously affected P≤0,05 on the on the sensory evaluation of taste herbal tea dragon fruit peel and ginger. The best treatment is obtained from dried temperature 50°C T1 and the addition of ginger concentration of 14% J3 that product moisture content of 10,89%, ash content 5,85%, antioxidant activity 59,05% and total phenol mg GAE / g of Antioksidan dan Sifat. Organoleptik Teh Daun Sirsak Annona muricata Linn. Berdasarkan. Variasi Lama PengeringanD AdriW HersolistyoriniAdri, D. Hersolistyorini, W. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat. Organoleptik Teh Daun Sirsak Annona muricata Linn. Berdasarkan. Variasi Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. Dahsyat Khasiatnya. Surabaya; Penerbit StomataAjisakaAjisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya; Penerbit 2008. Buku Pintar Tanaman Obat, 431 Jenis Tanaman Penggempur. Aneka Penyakit. Jakarta PT. Agromedia dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah Hylocareus costaricensis pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis PelarutE AnisAnis, E, 2002. Identifikasi dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah Hylocareus costaricensis pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis Pelarut. Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6.
jurnal buah naga untuk hipertensi